Banyak devisa negara habis dan melayang untuk menebus obat-obat farmasi. Sementara kekayaan alam melimpah ruah dan bermanfaat untuk pengobatan alami terabaikan. Hal itu dikemukakan Direktur Utama Klinik Kesehatan Rumah Sakit Puri Mandiri Kedoya, Jakarta Barat, Agus Rahmadi, di Jakarta, Sabtu (15/1).
“Ada banyak barang haram sekarang ini. Itu sebabnya harus kita substitusi ke herbal,” tutur Agus di sela peresmian Klinik Herbal Rumah Sakir Puri Mandiri Kedoya. Alasan itulah yang mendasari dibukanya klinik herbal. Selain didukung peraturan Menteri Kesehatan, banyak warga beralih ke pengobatan alami. “Gampang diolah. Bisa dipraktikkan di rumah. Memanfaatkan sumber daya alam. Nah, juga mendukung kaum petani,” kata Agus.
Akan tetapi, kata Agus, tak berarti masyarakat bisa sembarangan mengolah obat herbal. Seluruh tindakan terapi dan pasien harus berdasarkan instruksi dokter. “Itu gunanya pelatihan bagi terapis, tidak bisa dengan mengira-ngira, harus sesuai petunjuk dokter. Langkahnya, pasien konsultasi dengan dokter, berikutnya terapis yang menangani. Apakah itu bekam, akupuntur, dan lainnya,” terang Agus.
Di tempat terpisah, Manager Pemasaran Rumah Sakit Puri Mandiri Kedoya Daniel Purba, mengatakan klinik herbal melibatkan tenaga yang mahir. “Ada lho yang nggak sembuh dengan pengobatan barat (kimia) tapi justru sembuh dengan herbal. Karenanya patokannya dokter. Medis (dokter) tetap yang utama dalam herbal,” kata Daniel.
Menurut Daniel, keluarnya peraturan Menteri Kesehatan yang dibarengi tumbuhnya minat masyarakat ke herbal membuka peluang bagi rumah sakit. Setidaknya, aku Daniel, kalau obat lebih mudah diolah, lebih terjangkau kalangan kecil. “Kami yakin tarif pengobatan herbal bisa menyentuh kalangan menengah ke bawah. Tapi sekali lagi dari konsul kan terjawab, apakah pasiennya memang ingin herbal atau ‘barat’,” lanjutnya.
Rumah sakit yang dulunya bernama Rumah Sakit Al Kamal itu berencana menerjunkan seluruh kru Klinik Herbal per Februari 2011. Klinik buka mulai pukul 4 sore hingga 8 malam. Itu setelah tim menuntaskan aneka pelatihan. Teknisnya, pasien tak hanya menemui dokter, tetapi juga terapis. Selain itu, pihak rumah sakit tengah merampungkan perizinan.
Daniel menambahkan, “Gebrakan ini cukup berani. Belum banyak yang begini di Jakarta. Mudah-mudahan dilema pengobatan secara herbal terjawab. Toh Indonesia punya banyak modal alam. Kita bisa lihat bagaimana negara China kan, mereka sukses dengan herbalnya,” kata Daniel. (Maria Rosita)
www.metrotvnews.com