Pengidap Demensia Sulit Disembuhkan

Gangguan demensia alzheimer tidak bisa dideteksi dengan alat medis yang paling canggih sekalipun.

SINDROM demensia tengah heboh diperbincangkan, mulai dari warung kopi sampai ruang tahanan di lembaga pemasyarakatan (LP). Penyebab kehebohan itu ialah Nunun Nurbaeti, buron Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ditangkap di Thailand, pekan lalu.

Menurut dokter pribadi Nunun, Andreas Harry, kliennya itu menderita demensia yaitu penyakit lupa dan mengarah ke alzheimer. Penyakit itu terkait dengan riwayat stroke yang pernah dideritanya.

“Dalam bahasa awam, demensia ini dikenal dengan penyakit pikun,” kata neurologis Sylvia Lumempouw yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam perbincangan dengan Media Indonesia, tadi malam.

Demensia adalah keadaan menurunnya kemampuan intelektual. Keadaan tersebut mengakibatkan kemunduran fungsi kognitif. Dari sekian jenis penyebab demensia, yang paling banyak menyebabkan penurunan intelektual ialah demensia alzheimer dan demensia vaskuler.

Untuk mengetahui penyebab sindrom demensia, kata Sylvia, harus dilakukan pemeriksaan yang teliti dan cermat melalui

pemeriksaan riwayat penyakit, kerusakan otak dari gejalagejala gangguan saraf, dan neurologi.

“Demensia menyebabkan gangguan intelektual yang cukup parah sehingga mengganggu kemandirian, seperti pelupa berat, mudah kesasar, tidak dapat mengerjakan kegiatan sehari-hari,” bebernya.

Secara fisik, penderita demensia terlihat sehat. Namun, ketika melakukan kegiatan, akan terlihat gangguan pada kemampuan berpikirnya.

Ahli saraf dari RSCM Muhammad Kurniawan menerangkan, fungsi kognitif dalam otak memiliki beberapa domain yang berbeda. Pertama, atensi dan konsentrasi untuk memusatkan perhatian.

Kedua, area bahasa, memori atau daya ingat. Ketiga, visuopatial yaitu kemampuan mengingat tempat, meletakkan benda, dan jalan. Kemudian area keempat ialah fungsi eksekutif, yaitu fungsi memutuskan sesuatu, logika, dan berhitung.

Penyakit demensia berbeda dengan amnesia atau hilang ingatan. Pada amnesia, yang di serang hanya domain memori dan tidak ada serangan di domain fungsi kognitif lainnya. Berbeda dengan demensia alzheimer.

Gangguan demensia alzheimer akan muncul ketika seorang pasien mengalami serangan gangguan saraf pada area memori secara dominan.

Kemudian ditambah satu lagi serangan di area lainnya. “Kalau hanya serangan domain memori saja belum cukup.
Harus ada serangan di domain lainnya,“ ucap Kurniawan.

Dari gangguan-gangguan area fungsi kognitif tadi, sambung dia, seorang pasien demensia alzheimer akan mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas rutin atau harian.
“Pasien bisa sampai lupa mengurus diri sendiri. Mulai dari lupa mandi, lupa makan, lupa tidur, lupa mencuci baju, dan sebagainya,“ jelasnya.
Tidak terdeteksi Kurniawan menegaskan, gangguan demensia alzheimer tidak bisa dideteksi dengan alat medis yang paling canggih sekalipun. Penanganannya pun tidak cukup hanya dengan ahli saraf, tapi juga harus melibatkan psikiater.

“Dalam kasus Ibu Nunun, itu akan membantu meyakinkan penyidik KPK dan masyarakat, apakah benar-benar lupa atau hanya lupa-lupaan. Jika memang dipaksakan, gangguan ini baru bisa diketahui ketika pasien meninggal, lalu otaknya dibelah,“ cetusnya.

Hingga sekarang, dunia medis belum menemukan obat untuk penyakit demensia alzheimer. Selama ini, pasien hanya mendapat terapi atau pengobatan yang fungsinya hanya menunda penyakit tidak semakin akut atau berat.
“Yang dapat dilakukan hanya mencegah tidak semakin parah,“ ujar dia.

Menurut dosen dan praktisi kesehatan Ari F Syam, faktor-faktor risiko munculnya penyakit-penyakit lupa dan pikun ini berhubungan dengan penyakit diabetes melitus, hipertensi, riwayat trauma, dan stroke.

“Karena itu, Ibu Nunun yang menderita demensia mengarah ke alzheimer dan dihubungkan dengan riwayat stroke sebelumnya menjadi sesuatu hal yang harus dibuktikan,“ ucapnya.

Ia menyerukan agar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terus mengamati dan mengikuti kasus demensia Nunun Nurbaeti dengan saksama karena kredibilitas profesi dokter di Indonesia dipertaruhkan. Agar tidak jadi buah bibir terus-menerus,“ tutupnya.

Nunun bukanlah satu-satunya pesakitan yang menderita demensia. Sebelumnya, tersangka mantan Bupati Lombok Barat yang tersangkut kasus korupsi dan mantan Presiden Soeharto juga didiagnosis mengidap demensia.

ANTON KUSTEDJA
anton@mediaindonesia.com

Komentar

%d bloggers like this: