Jejaring saintifikasi jamu diperluas dengan melatih dokter, dokter gigi, dan apoteker dari sejumlah daerah. Harapannya, upaya memperoleh bukti ilmiah jamu sebagai obat tradisional Indonesia semakin banyak dilakukan.
Pada acara media roundtable ”Menyingkap Kebaikan Alam”, Rabu (26/6), di Jakarta, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu, Indah Yuning Prapti, mengatakan, riset tanaman obat dan jamu, terutama sampai tahap uji klinis pada manusia, sangat minim.
”Kami berharap inisiatif saintifikasi jamu salah satunya berawal dari tenaga medis yang sudah tersertifikasi setelah pelatihan di B2P2TO-OT,” ujarnya.
Kini hampir 200 tenaga kesehatan di Indonesia sudah mengikuti pelatihan. Kementerian Kesehatan menargetkan tahun 2015 kabupaten/kota punya dua puskesmas yang melayani pengobatan tradisional, komplementer, dan alternatif.
Saintifikasi jamu merupakan program untuk menyediakan bukti ilmiah jamu agar dapat bersinergi dalam sistem pelayanan kesehatan.
Selain pelatihan, ada juga program D-3 jamu, D-3 pengobatan tradisional, dan magister herbal di sejumlah perguruan tinggi.
Sejauh ini, Komisi Nasional Saintifikasi Jamu baru menyertifikasi dua formula jamu, yakni jamu darah tinggi dan asam urat. Komposisi jamu tekanan darah tinggi adalah seledri, daun kumis kucing, daun pegagan, rimpang temulawak, rimpang kunyit, dan meniran. Adapun komposisi jamu asam urat adalah daun tempuyung, kayu secang, daun kepel, rimpang temulawak, rimpang kunyit, dan meniran.
Di samping itu, ada tiga formula jamu yang masih dalam tahap randomized control trial dan 10 formula jamu dalam tahap prepost design.
Ketua Program Studi Pengobatan Tradisional Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Arijanto Jonosewojo menambahkan, Klinik Obat Tradisional RSU dr Soetomo Surabaya melayani pengobatan herbal terhadap 10 penyakit, yaitu hipertensi, diabetes, kolesterol, asam urat, asma, hepatitis, batu ginjal, rematik, batu empedu, dan terapi paliatif untuk penderita kanker.
Anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu, Inayati Ali Gufron, menuturkan, minimnya riset obat herbal menjadi salah satu tantangan Indonesia. Indonesia bisa mengurangi impor bahan obat jika proses saintifikasi jamu banyak dilakukan.
Sumber: Kompas