Mahasiswa Institut Pertanian Bogor menjadikan ubi jalar merah Papua sebagai bahan baku pangan olahan untuk menurunkan infeksi HIV. Selain itu, kacang-kacangan, pati jagung, tepung kedelai, dan wortel juga diolah untuk meningkatkan asupan gizi pengidap HIV/AIDS.
Kedua produk itu menjadi pemenang kompetisi ”Developing Solutions for Developing Countries” di Chicago, Amerika Serikat, I5 Juli 2013. Produk berbahan baku ubi jalar merah Papua yang diberi nama Sweepo jadi pemenang ketiga. Produk perpaduan berbagai bahan yang diberi nama Masoca Ball menjadi pemenang kedua.
Pemenang pertama diraih tim EnerTEIN, mahasiswa pascasarjana Universiti Putra Malaysia. Hal itu mengemuka dalam konferensi pers, Selasa (23/7), di Jakarta.
”Ubi jalar merah mengandung beta karoten dan diolah di tubuh menjadi vitamin A yang bermanfaat menurunkan infeksi pada pengidap HIV/AIDS. Jenis ubi ini banyak di Papua dan berukuran lebih besar dibandingkan ubi wilayah lain. Ini potensial diproduksi di Papua,” kata Cynthia, mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Institut Pertanian Bogor (IPB), yang menghasilkan Sweepo.
Cynthia, bersama Veni Issani dan Jian Septian, membuat Sweepo dengan latar belakang tingginya jumlah anak di Papua yang rnengidap HIV/AIDS.
Tim Masoca Ball terdiri dari Ardiansyah Mallega, Stella Denissa, dan Alviane Leonita, juga mahasiswa Departemen ITP IPB. Mereka memilih latar belakang tingginya pengidap HIV di Nigeria, negara dengan jumlah pengidap HIV/AIDS terbesar kedua setelah Afrika Selatan.
Ketua Departemen ITP IPB Feri Kusnandar mengatakan, kompetisi di Chicago diselenggarakan tiap tahun dan telah berlangsung lima kali. Tema yang ditentukan adalah memberikan alternatif pangan bagi pengidap HIV/AIDS di negara-negara berkembang. ”Bahan baku lokal diutamakan sehingga produksinya menjadi efektif,” kata Feri.
Kepala Divisi Marketing Communications PT Nutrifood Indonesia Angelique Dewi Permatasari mengatakan, perusahaannya mendukung para mahasiswa dalam memenangi kompetisi di Amerika Serikat tersebut. Dua produk pangan itu merupakan hasil riset mahasiswa yang masih perlu ditindaklanjuti untuk menjadi produk industri. (NAW)
Sumber: Kompas
